- Back to Home »
- ODA NOBUNA NO YABOU
Posted by : Unknown
Selasa, 11 November 2014
ODA NOBUNA NO YABOU
- Judul Alternatif: Oda Nobuna's Ambition; The Ambition of Oda Nobuna;
- Tipe: TV (April 2012)
- Genre: Action; Romance; Historical;
- Episode: 12
- Rating: Strong Violence (Occasional Bloody Scenes) and Mild Eroticism (Suggestive Pictures)
- Sinopsis:
Sagara
Yoshiharu tiba-tiba mendapati dirinya terlempar ke tengah-tengah suatu
pertempuran pada Zaman Sengoku. Kinoshita Toukichiro (Toyotomi
Hideyoshi) yang menyelamatkannya ternyata kemudian terbunuh, maka ketika
Oda Nobuna, sang Daimyou dari Owari memanggilnya Saru, julukan yang
seharusnya dimiliki Kinoshita Toukichiro, Yoshiharu pun merasa bahwa dia
mesti mengambil posisinya sebagai orang kepercayaan Oda Nobuna. Namun,
dengan pengetahuan yang dia bawa dari masa depan, Yoshiharu yakin kali
ini mampu menjadikan keadaan Zaman Sengoku lebih baik daripada apa yang
dia ketahui di dalam sejarah.
Review:
- Cerita (Plot, Storyline, Storytelling, dll):
Bagaimana
seandainya Oda Nobunaga adalah seseorang yang lebih welas asih?
Bagaimana seandainya Imagawa Yoshimoto tidak tewas di Okehazama dan
justru menjadi Shogun? Lebih dari sekadar mengganti gender dari
tokoh-tokoh ternama, anime ini memberi versi alternatif dari sejarah
yang sudah dikenal. Bagaimana seandainya Zaman Sengoku lebih banyak
berisi kisah romantis daripada tragedi? Mungkin ada terlalu banyak detil
yang berubah sehingga tidak cukup bisa diandalkan sebagai sumber
referensi sejarah, tetapi tampaknya anime ini memang tidak pernah
bermaksud seperti itu. Anime ini hanya ingin mengangkat sisi paling
menarik dari Zaman Sengoku, yaitu heroisme Oda Nobunaga dan Toyotomi
Hideyoshi (yang di sini digantikan oleh Yoshiharu), untuk membuatnya
bahkan semakin menarik lagi. Dan harus diakui, anime ini berhasil dengan
baik, terutama ketika dia, meskipun membelokkan hasil dari setiap
insiden besar, tetap mampu mengarahkan ceritanya ke insiden besar
berikutnya. Hal ini menyebabkan para penonton secara otomatis tidak akan
pernah berhenti penasaran apa yang mungkin berbeda dari keping-keping
sejarah yang mereka ketahui.
Namun, tentu
saja, efek positif ini cuma berlaku bagi orang-orang yang memang
menyukai kisah Zaman Sengoku, sedangkan bagi mereka yang kurang
familiar, anime ini mungkin hanya akan terlihat sebagai sebuah kisah
romantis biasa dengan lubang-lubang yang cukup serius. Mulai dari
kurangnya penjelasan tentang bagaimana dan mengapa Yoshiharu sampai
datang ke masa lalu hingga jalan cerita yang terasa melompat-lompat dari
satu insiden ke insiden besar selanjutnya, anime ini bahkan berpotensi
membingungkan. Sebagian mungkin berpikir bahwa anime ini paling tidak
dapat memicu ketertarikan seseorang pada sejarah, tetapi sejujurnya,
jika seseorang itu sejak awal memang tidak merasakan romansa pada Zaman
Sengoku, anime ini pun tidak akan mampu berbuat banyak untuk mengubah
pendapatnya.
- Audio Visual (Art, Animasi, Voice Acting, dll):
Audio visual
yang memuaskan. Meski bukan yang terbaik, animasi aksi-aksinya masih
terbilang sangat bagus, terutama pada pertempuran-pertempuran besar di
medan perang. Kecepatan pasukan berkuda yang merangsek pertahanan musuh,
ayunan halberd yang membelah udara, rangkaian tembakan senapan
yang menggelegar di pegunungan--anime ini benar-benar tahu bagaimana
menghidupkan momen-momen tersebut hingga terasa nyata. Memang masih ada
ruang untuk perbaikan, tetapi sedikit banyak anime ini dapat dijadikan
contoh bagaimana membuat anime yang menampilkan pertempuran berskala
besar.
- Karakter:
Pada satu sisi,
karakter di anime ini punya masalah. Meski sebagai penggemar Zaman
Sengoku, sikap Yoshiharu yang sebegitu mudahnya menerima kenyataan bahwa
dia tiba-tiba terlempar ke masa lalu dan sebegitu gampangnya
mengumumkan kepada semua orang bahwa dia datang dari masa depan terasa
sangat tidak realistis dan bahkan kekanak-kanakan, seperti dibuat
sebagian besar hanya untuk menyerupai sifat-sifat terkenal dari Toyotomi
Hideyoshi yang dia gantikan daripada menjadi karakter tersendiri. Namun
pada sisi lain, meski mungkin mereka terlalu cute untuk berada
di Zaman Sengoku yang seharusnya penuh peperangan dan kekacauan, para
gadisnya cukup berhasil melepaskan diri dari penggambaran tokoh-tokoh
ternama yang mereka gantikan, menjadikan mereka karakter-karakter
independen yang dipersiapkan dan kemudian bisa sepenuhnya dikembangkan
dengan baik. Beruntung, anime ini lebih banyak terfokus pada karakter
para gadis dan Zaman Sengoku, sementara identitas Yoshiharu sebagai
seseorang dari masa depan hanya sedikit berpengaruh, sehingga masalah
yang terdapat padanya pun kurang lebih dapat diabaikan.
- Overall Score:
Karena jalan
cerita yang melompat-lompat dari satu insiden ke insiden berikutnya
dengan cuma sedikit atau bahkan tanpa penjelasan apapun yang
menghubungkan mereka, anime ini seperti ditujukan hanya bagi sebagian
orang tertentu yang familiar dengan sejarah Zaman Sengoku. Namun, jika
anda memang termasuk di dalam sebagian orang tersebut, anime ini
menawarkan versi alternatif yang setidaknya cukup menarik dan menghibur
untuk dibandingkan dengan sejarah yang asli. Nilai 8 dari 10 (History in
the making)